Pemangkasan BI Rate Harapan Pulihnya Ekonomi Global
Januari 21, 2025
By Ramadhan Maulana Ikhsan
Pada Intinya :
1. Pemangkasan suku bunga BI Rate yang terjadi pada awal tahun 2025 ini menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia, terutama bagi sektor konsumsi dan investasi
2. Kalau suku bunga turun, orang akan lebih tertarik untuk ekspansi bisnis, seperti membuka warung baru atau cabang kafe
Pemangkasan suku bunga BI Rate yang terjadi pada awal tahun 2025 ini menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia, terutama bagi sektor konsumsi dan investasi.
Langkah Bank Indonesia (BI) ini bertujuan untuk merangsang daya beli masyarakat yang mulai melemah, terlebih setelah berbagai tantangan yang datang dari perekonomian global yang tak menentu.
Bank Indonesia mengakui adanya penurunan daya beli, terutama pada segmen masyarakat kelas menengah ke bawah. Berdasarkan survei yang dilakukan, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terkait penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja menunjukkan bahwa optimisme masyarakat terhadap ekonomi Indonesia dalam enam bulan ke depan belum cukup kuat.
Meski demikian, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) per Desember 2024 mengalami sedikit perbaikan, mencatatkan angka 139,5, naik dari 138,3 di bulan sebelumnya.
Selain itu, penurunan konsumsi juga tercermin dalam Indeks Penjualan Riil (IPR) yang menunjukkan penurunan pertumbuhan menjadi 0,9% (yoy) pada November 2024, dibandingkan 1,5% di Oktober.
Menurut Bank Indonesia, hal ini menandakan adanya pelambatan konsumsi yang semakin nyata.
Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, BI akhirnya mengambil kebijakan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps pada Januari 2025, meski di tengah tekanan pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai lebih dari Rp16.300 per dolar AS.
BI Rate Turun, Daya Beli Masyarakat Diharapkan Pulih
Kebijakan penurunan BI Rate ini diharapkan dapat memberi dorongan positif untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Wahyu Utomo, mengungkapkan bahwa penurunan BI Rate memiliki dampak langsung terhadap stabilitas ekonomi makro, termasuk daya beli masyarakat.
“Penurunan BI Rate ini sangat positif untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya pinjaman akan menjadi lebih murah, yang pada gilirannya dapat merangsang konsumsi rumah tangga dan investasi sektor swasta,” ujarnya, Kamis (16/1/2025).
Wahyu Utomo juga menyebutkan ada tiga dampak positif dari penurunan suku bunga ini. Pertama, stimulus untuk konsumsi dan investasi akan tercipta karena suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya dana (cost of fund), sehingga akan mendorong masyarakat untuk berbelanja dan berinvestasi lebih banyak.
Kedua, kinerja sektor riil dapat terangkat karena lebih mudahnya akses pembiayaan bagi pelaku usaha, termasuk UMKM, yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Ketiga, dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya utang pemerintah menjadi lebih efisien, memberi fleksibilitas fiskal untuk mendukung belanja produktif.
Daya Beli Masyarakat dan Peluang Bisnis UMKM
Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto, juga mengungkapkan harapannya terkait pemulihan daya beli masyarakat. Menurutnya, turunnya BI Rate akan mendorong masyarakat untuk memilih berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya ketimbang hanya menyimpan uang di bank.
“Kalau suku bunga turun, orang akan lebih tertarik untuk ekspansi bisnis, seperti membuka warung baru atau cabang kafe. Ini adalah sinyal positif untuk ekonomi yang kembali menggeliat,” kata Ryan Kiryanto.
Namun, meskipun BI Rate turun, suku bunga kredit masih cenderung belum mengikuti. Seperti yang disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BBNI), Royke Tumilaar, penurunan suku bunga kredit belum bisa dipastikan akan segera terjadi.
Hal ini karena faktor suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang masih menjadi penghambat likuiditas perbankan.
Accurate Online Bantu UMKM Lebih Efisien
Salah satu sektor yang diharapkan mendapatkan manfaat besar dari pemangkasan BI Rate adalah UMKM. Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, pelaku usaha kecil dan menengah dapat memperluas usaha dan memperkuat daya saing mereka.
Namun, agar dapat bersaing di tengah ketatnya pasar, UMKM juga membutuhkan solusi teknologi yang dapat membantu mereka lebih efisien dalam menjalankan operasional.
Di sinilah Accurate Online hadir sebagai solusi. Software akuntansi berbasis cloud ini dirancang untuk mempermudah UMKM dalam mengelola keuangan, memonitor arus kas, serta mempersiapkan laporan keuangan yang lebih transparan dan akurat.
Dengan menggunakan Accurate Online, pelaku UMKM dapat lebih fokus pada pengembangan usaha dan ekspansi bisnis, tanpa perlu khawatir tentang kerumitan administrasi keuangan.
Menggunakan Accurate Online juga membantu UMKM untuk mengelola pajak dengan lebih mudah dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan, yang tentunya menjadi salah satu faktor penting dalam membangun usaha yang berkelanjutan dan kompetitif.
Daya beli masyarakat yang pulih, ditambah dengan solusi teknologi untuk UMKM seperti Accurate Online, akan membuka jalan bagi ekonomi Indonesia yang lebih kuat dan berdaya saing tinggi.
BRI, sebagai salah satu pendukung utama UMKM, terus memberikan fasilitas dan solusi inovatif yang membantu meningkatkan kapasitas dan kualitas usaha di seluruh Indonesia, mengarah pada ekonomi yang lebih inklusif dan berkembang.
Inilah saat yang tepat bagi pelaku UMKM untuk memanfaatkan peluang yang ada, didorong oleh penurunan BI Rate dan dukungan teknologi, untuk mengembangkan usaha dan meraih kesuksesan lebih besar di tahun 2025.
Berlangganan Accurate Online dapat melalui www.Akuntansiusaha.id dengan dilengkapi tim expert berpengalaman respon cepat dan ramah dalam pelayanan.
KLIK DISINI Untuk Informasi lebih lanjut